Wajib Baca! Cinta Yang Menolak Dilupakan
Scene 1:
Layar ponsel berkedip, memuntahkan notifikasi-notifikasi yang tak berarti. Hujan kota Seoul menari-nari di kaca jendela apartemen mewah milik Aria. Aroma kopi memenuhi ruangan, pahit seperti kenangan yang mengendap di dasar hatinya. Ia menyeret jemarinya di atas layar, membuka sebuah percakapan lama. Nama "Jihoon" terpampang di sana, dengan sisa chat yang tak terkirim, kalimat-kalimat yang terjebak di ambang pintu, selamanya menjadi ghost in the machine.
Aria masih ingat malam itu. Malam di mana Jihoon menghilang, tanpa jejak, tanpa penjelasan. Hanya pesan terakhir yang berbunyi, "Aku harus pergi." PERGI ke mana? MENINGGALKAN apa? Pertanyaan-pertanyaan itu bagai duri yang terus menusuk kalbunya.
Scene 2:
Mimpi Aria dipenuhi bayangan Jihoon. Senyumnya, tatapannya, aroma parfumnya – semuanya begitu nyata, namun begitu jauh. Ia berusaha mencari petunjuk dalam mimpi-mimpi itu, berusaha menguraikan misteri di balik kepergiannya. Setiap pagi, ia bangun dengan perasaan kehilangan yang samar, seperti ada sesuatu yang HILANG, sesuatu yang DICURI darinya.
Hari-harinya diisi dengan pekerjaannya sebagai desainer grafis. Gambar-gambar, warna-warna, dan bentuk-bentuk memenuhi pikirannya, namun tak mampu mengusir bayangan Jihoon. Ia terus mencari, mengorek informasi dari teman-teman Jihoon, mencari tahu ke mana ia pergi, apa yang SEBENARNYA terjadi.
Scene 3:
Suatu malam, Aria menemukan sebuah RAHASIA tersembunyi di laptop Jihoon. Sebuah folder terkunci, dilindungi kata sandi yang akhirnya berhasil ia pecahkan. Di dalamnya, ia menemukan foto-foto, video, dan dokumen yang membuktikan bahwa Jihoon terlibat dalam bisnis gelap. Jihoon bukan hanya seorang arsitek berbakat, tapi juga seorang PENIPU.
Aria terpukul. Dunia yang ia bangun bersama Jihoon runtuh seketika. Cinta yang ia kira ABADI, ternyata hanyalah ilusi. Ia merasa bodoh, tertipu, dan dikhianati.
Scene 4:
Waktu berlalu. Luka di hati Aria perlahan mengering. Ia belajar untuk menerima kenyataan, untuk melepaskan bayangan Jihoon. Ia fokus pada karirnya, pada teman-temannya, pada kebahagiaannya sendiri. Ia belajar untuk mencintai dirinya sendiri, untuk membangun kembali kepercayaannya.
Suatu sore, Aria menerima sebuah panggilan telepon dari nomor yang tidak dikenal. Di ujung sana, suara seorang pria terdengar. "Aria-ssi? Ini Jihoon."
Jantung Aria berdegup kencang. Ia membeku.
"Aku ingin minta maaf."
Aria terdiam. Ia tidak tahu harus berkata apa.
Scene 5:
"Aku tahu apa yang kau temukan," lanjut Jihoon. "Aku tahu kau membenciku."
Aria menarik napas dalam-dalam. "Kau benar."
"Aku tidak bisa menjelaskannya sekarang," kata Jihoon. "Tapi aku ingin kau tahu, aku tidak pernah berhenti memikirkanmu."
Aria tersenyum sinis. "Itu tidak cukup."
Ia menutup telepon. Tanpa sepatah kata pun.
Balas Dendam Lembut:
Aria memblokir nomor Jihoon. Ia menghapus semua foto dan video Jihoon dari ponselnya. Ia membakar semua surat cinta dan hadiah yang pernah diberikan Jihoon padanya.
Ia bangkit, menatap pantulan dirinya di cermin. Ia tersenyum. Senyum yang dingin, senyum yang tegas, senyum yang MENOLAK untuk menjadi korban.
Kemudian, ia mengetik sebuah pesan singkat: "Selamat tinggal, Jihoon."
Ia tidak mengirimnya. Ia menyimpannya di draf. Biarkan kata-kata itu menjadi pengingat bahwa ia telah MENANG. Biarkan kata-kata itu menjadi kuburan bagi cinta yang menolak dilupakan.
Epilog:
Aria melanjutkan hidupnya. Ia menjadi desainer grafis yang sukses, berkeliling dunia, dan menikmati hidupnya sepenuhnya. Namun, setiap kali hujan turun di kota Seoul, ia akan teringat pada Jihoon. Bukan dengan cinta, bukan dengan benci, tapi dengan rasa hampa yang abadi.
Dan di suatu malam yang sunyi, di antara gemerlap lampu kota, ia akan bertanya-tanya:
Apakah benar-benar ada yang namanya cinta sejati?
You Might Also Like: 0895403292432 Jual Skincare Anti