Dracin Terbaru: Kau Menatapku Dengan Harapan, Tapi Aku Datang Sebagai Pembalasan
Kau Menatapku dengan Harapan, Tapi Aku Datang Sebagai Pembalasan
Alunan guqin menggema di malam yang sepi, menusuk kalbuku yang remuk redam. Di bawah rembulan pucat, aku berdiri memandangmu dari kejauhan. Wajahmu, yang dulu selalu kurindukan, kini hanya memicu getaran pahit di dadaku. Matamu menatapku dengan HARAPAN, tapi langkahku membawa PEMBALASAN.
Dulu, sepuluh tahun lalu, kita adalah janji yang diukir di atas sutra persahabatan abadi. Kau adalah matahariku, sementara aku adalah bayanganmu yang setia. Sampai hari itu tiba. Hari di mana kau merebut segalanya dariku: tahta keluarga, cintanya, bahkan nama baikku. Kau mengkhianatiku, Jié, dengan senyum yang sama manisnya saat kita berbagi mimpi di bawah pohon sakura.
Aku diam. Bukan karena aku lemah. Bukan karena aku tak berdaya. Aku diam karena aku menyimpan rahasia yang terlalu besar untuk diungkapkan. Sebuah rahasia yang terikat dengan sumpah darah leluhur kita. Sebuah rahasia yang jika terungkap, akan menghancurkan seluruh Dinasti Ming.
Kau tahu, bukan? Instingmu sebagai Kaisar pasti mengendus keanehan dalam kehilanganku. Kau tahu bahwa kematianku yang dulu diumumkan bukanlah akhir dari segalanya. Kau merasakannya, bukan? Bayangan masa lalu yang terus membayangimu.
Selama sepuluh tahun, aku mempersiapkan diri. Aku mengumpulkan sekutu dalam kegelapan, menenun jaring-jaring takdir yang akan menjeratmu. Aku tidak menginginkan darahmu, Jié. Aku tidak menginginkan kekerasan. Aku hanya ingin mengembalikan apa yang menjadi milikku.
Malam ini, saat kau menobatkan putra mahkotamu, saat kau merasa berada di puncak kejayaan, jaring-jaring itu akan menutup.
Kau ingat kalung giok yang selalu kau kenakan? Kalung yang dulu aku berikan padamu sebagai tanda persahabatan? Itu bukanlah giok biasa. Di dalamnya, tersimpan fragmen mantra kuno yang akan melepaskan kekuatan tersembunyi dari garis keturunanmu. Kekuatan yang seharusnya menjadi milikku.
Kau akan melihat, Jié. Saat kau merasakan kekuatan itu mengalir deras di nadimu, kau akan mengerti mengapa aku memilih diam. Kekuatan itu akan membuatmu gila. Kekuatan itu akan menghancurkan kerajaanmu dari dalam.
Aku tidak membunuhmu. Aku hanya membiarkan takdir berjalan sesuai dengan seharusnya. Aku hanya mengaktifkan warisan yang kau rampas dariku.
Aku melihatmu sekarang. Kau tersenyum bangga pada putramu. Kau tidak tahu, bukan? Bahwa senyum itu adalah senyum terakhirmu sebagai seorang yang waras.
Malam ini, takdir berbalik arah. Pembalasan hadir bukan dalam bentuk pedang atau racun, tapi dalam bentuk WARISAN.
Aku berbalik, meninggalkanmu di bawah cahaya rembulan yang semakin redup. Langkahku ringan, namun hatiku berat. Aku tidak merasakan kemenangan. Hanya penyesalan yang mendalam.
Bayanganmu memanjang di tanah, seolah mencoba meraihku. Aku tahu, Jié, bahkan di saat kegilaanmu nanti, kau akan mengingatku.
Dan mungkin, hanya mungkin, kau akan mengerti mengapa aku tidak pernah bisa benar-benar membencimu.
You Might Also Like: Reseller Kosmetik Bisnis Sampingan